🦋🦋
Setelah mondar-mandir sekitar tiga menit lamanya, Kala akhirnya membuka pintu studio radio dan menemukan Tama tengah berdiri menyandar pada tembok disamping pintu studio tersebut.
Kala gugup setengah mati, apalagi ketika Tama yang menyadari pintu terbuka mulai mendongakan kepala yang sedari tadi melihat ponsel yang ia pegang kearah Kala yang mematung didepan pintu.
Tama bangkit dari bersandarnya, memasukan ponsel pada saku celana kemudian mendekat. Membuat Kala berdeham canggung.
“Kaget gak, gue disini?” ucap Tama.
“Kaget.”
Tama mengangguk, “Jadi takut gak?”
“Takut.”
Tama terkekeh mendengar hal itu.
“Katanya tadi gak takut.”
“Ya malu masa bilang.”
“Tapi ini bilang.” Ucapan Tama membuat Kala terdiam. Kemudian menunduk malu.
Tama yang melihat itu hanya menggeleng lantas membawa tangannya keatas untuk sekedar menepuk ringan puncak kepala Kala.
“Kenapa nunduk? Malu?”
Kala yang merasa kepalanya ditepuk pelan mendongak dan matanya langsung bertubrukan dengan mata hitam tajam milik Tama.
Kala hanya mampu menggelengkan kepalanya, tanpa berniat menjawab ucapan Tama.
Keduanya saling bertatapan sebelum sebuah suara mengintrupsi.
“Waduh pacaran kok depan pintu nih.” ucap Zafran, orang yang membuat Kala berada disana.
Kala dan Tama sama-sama menoleh kearah suara, melihat Zafran mulai mendekat membuat Tama mundur selangkah.
“Kak Zafran lama banget.” Ucap Kala dengan wajah yang dibuat kesal, namun berakhir lucu dimata kedua pemuda yang berada didepannnya.
“Haha sorry, kal panggilan alam.” Ucap Zafran dengan santainya sebelum atensinya beralih kearah Tama
“Jadi Kala udah punya pacar nih sekarang.” Tambah Zafran, menaik turun kan alisnya sambil menatap Tama dan Kala bergantian.
“Ih engga.” Ucap Kala terlalu cepat membuat Tama menoleh kearahnya.
“Em, udah kak sana beresin barang-barang terus pulang.”
Masih dengan wajah yang sedikit jahil akhirnya Zafran masuk kedalam studio meninggalkan Kala dan Tama dengan perasaan canggung.
Tama yang melihat Kala meremat ujung hoodie yang pemuda itu pakai lantas tersenyum.
“Yaudah, sekarang udah ada temennya gue pergi dulu ya? mau ke studio juga.”
“Oh iya, makasih Tama udah kesini.”
“Anytime.”
Tama kemudian mulai berjalan pergi sebelum Kala mulai memanggilnya kembali.
“Tama, tunggu.”
“Iya.” Ucap Tama kembali membawa atensinya pada pemuda manis tersebut.
“Sebentar.” Kala kemudian dengan cepat masuk kedalam studio membuat Tama terheran.
Tidak lebih dari satu menit, pemuda manis itu kembali keluar dengan membawa sesuatu ditangannya.
“Gue ada ini, Tama mau satu?” Kala kemudian menyodorkan kedua tangannya yang masing-masing memegang sebuah susu kemasan terkenal. Menggoyangkan susu tersebut seolah ingin Tama cepat mengambilnya.
Tama yang melihat itu lantas terkekeh sekilah, lalu mengambil salah satu susu di telapak tangan Kala.
“Mau, gue ambil satu ya Kala. Thank you.”
“Sama-sama. Kalo gitu Kala masuk dulu. Bye Tama.”
Kemudian Kala masuk kedalam dengan terburu-buru. Wajahnya sudah sangat memerah, pemuda manis itu menutup pintu meninggalkan Tama didepan pintu dengan kupu-kupu yang terasa diperutnya.
a la fin — 112.